my video

Sabtu, 05 November 2011

Praktikum Fisika Program EWB (Electronics Workbench)

    A.    TUJUAN
         1.      Simulasi dan pengukuran besaran-besaran dalam rangkaian listrik dengan menggunakan Electronics Workbench (EWB).
          2.      Menyelesaikan persoalan rangkaian listrik dan membandingkannya dengan hasil yang ditunjukkan oleh EWB.
     B.       DASAR TEORI
Rangkaian listrik merupakan salah satu materi dalam kelistrikan. Komponen paling mendasar penyusun rangkaian listrik adalah resistor (hambatan) dan catu daya (power supply). Besaran-besaran yang sering terlibat dalam rangkaian antara lain beda tegangan, kuat arus, dan besar hambatan. Pada kondisi tertentu, memang sering dijumpai kesulitan dalam penghitungan secara teori nilai-nilai besaran itu ketika rangkaian cukup kompleks.
Komputer merupakan multisarana yang canggih untuk penyelesaian masalah dan pengembangan di segala bidang, terutama bidang ilmu dan teknologi. Begitu banyak paket program telah dibuat untuk membantu penyelesaian persoalan fisika. Salah satu paket program simulasi listrik dan elektronika yang telah banyak digunakan adalah Electronics Workbench (EWB). Melalui paket program EBW dapat dibuat simulasi rangkaian listrik dan didapatkan nilai-nilai besaran yang diinginkan terkait dalam rangkaian itu. Dengan demikian EWB banyak membantu memecahkan masalah terkait dengan kelistrikan, khususnya rangkaian listrik. Fasilitas dan cara melakukan simulasi listrik dengan EWB diberikan dalam Petunjuk Percobaan.
     C.      ALAT DAN BAHAN
      Seperangkat komputer dilengkapi dengan perangkat lunak (software) Electronics Workbench (EWB).
     D.      PROSEDUR PERCOBAAN
Perhatikan Petunjuk Penggunaan EWB berikut.
1.    Panggil program Electronics Workbench sehingga muncul gambar di bawah ini.
Klik Start      Program       Electronics Workbench
Keterangan gambar :
No. 1 : Sources
Berisi komponen-komponen berbagai sumber tegangan listrik, sumber arus, ground, dan lain-lain.
No. 2 : Basic
Berisi komponen-komponen listrik seperti resistor, kapasitor, induktor, dan lain-lain.
No. 3 : Diodes
Berisi komponen-komponen listrik penyearah tegangan berisi berbagai macam dioda.
No. 4 : Instruments
Berisi komponen-komponen alat pengukur listrik seperti multimeter, osiloskop dan lain-lain.
No. 5 : Activate Simulation
Komponen yang berfungsi sebagai tombol start dan stop simulasi.
2.    Untuk penggunaan komponen yang diinginkan, klik pada komponen sehingga muncul sub menu seperti pada gambar di bawah ini, lalu klik dan geser (drag) komponen tersebut ke dalam lembar kerja (worksheet).
3.    Jika ingin mengedit, yakni mengkopi, menghapus, memutar posisi komponen atau mengganti nilai besaran pada komponen, klik kanan pada mouse dengan kursor tepat pada komponen yang bersangkutan sehingga terlihat seperti gambar berikut.
4.    Hubungkan antar kaki-kaki komponen dengan komponen lainnya. Untuk mengganti nilai pada komponen bisa juga dilakukan dengan cara klik dua kali pada komponen. Setiap pembuatan satu rangkaian listrik harus diberi komponen griund.
5.    Untuk mengaktifkan simulasi, klik komponen Activate Simulation, lalu amati yang terjadi pada simulasi. Untuk mengakhiri simulasi klik komponen Activate Simulation.
6.    Jika ingin mengkopi hasil rangkaian pada worksheet lakukan dengan klik Edit pada menu, pilih copy as Bitmap, blok rangkaian dan / gambar yang akan dikopi, buka file microsoft word, letakkan kursor pada halaman yang dituju, lakukan paste.

    E.     DATA HASIL PERCOBAAN
1.    Kemungkinan nilai resistansi total antara 2 titik sudut (Rab, Raf, Rag).
a. Resistansi total di RAB = 0,333 kΩ

        b. Resistansi total di RAF = 0,5 kΩ

       c. Resistansi total di RAG = 0.833 kΩ

 2.    Gambar pola Lissajous (superposisi dua gelombang listrik yang arah rambatnya saling tegak lurus)
   ω1 / ω2 = 2:3    
                                           
     

Selasa, 01 November 2011

Tak Ku Dengar Suara Itu Lagi

Tak Ku Dengar Suara Itu Lagi
Ku dengar percakapan itu dari bilik dinding rumahku yang hanya terbuat dari anyaman bambu yang mulai rapuh dimakan rayap.
“Wahai kakanda, apakah kemarau ini akan terus melanda negri kita yang indah ini?”, terdengar sang istri mengeluh pada suaminya.
“Dinda, aku juga tak tahu. Apakah kita akan bertahan di tempat yang gersang ini. Tapi walau keadaan seperti ini adanya, kakanda akan tetap bisa hidup asalkan ada dinda di sisiku dan kekuatan cinta pasti kita bisa bertahan diantara gelombang alam yang sedang galau ini”. Mulailah sang suami mengeluarkan rayuannya.
Sang istripun tersenyum malu, dengan rayuan dari sang suami.
“Andai saja kemarau tidak datang pastilah kita hidup tentram dan damai bersama angin sepoi-sepoi yang menyelimuti bumi ini. Aku bisa melambaikan tanganku yang cantik ini”, kata sang anak yang baru berusia delapan hari. Sang ibu tersenyum melihat tingkah sang pujaan hati yang imut dan lincah tersebut.
Karena mataku telah lelah, energiku telah habis terurai untuk mencangkul ladang. Aku terlelap dalam percakapan keluarga itu.
Hari itu matahari sangat cerah. Aku duduk sejenak di depan gubukku yang hampir roboh karena dimakan massa. Rasanya tentram dan damai. Ku lihat hamparan alam yang indah sembari menikmati secangkir kopi dari sang istriku tercinta. Rasanya pahit, karena tak ada gula yang bisa dicampur dalam secangkir kopi tersebut. Mungkin itu satu alasan kenapa semut tak pernah berkunjung kerumahku, berkunjung aja gak pernah apa lagi makan gula. Tak hanya itu kopi yang ku minum adalah hasil tumbukan istriku sendiri yang ditumbuk dengan ukiran batu yang kudapat dari sungai di samping ladang ku yang tidak jauh dari gubukku. Rasa kopi ini tak jauh dari pasir yang di dalamnya dituangkan air panas, terasa seperti pasir, tapi aku sangat menikmatinya.
Sesekali aku mendengar percakapan itu lagi.
“Kanda aku iri pada pak rozi, dia bisa minum kopi dengan enaknya sembari tersenyum sendiri di atas kursinya, sedang kita membasahi sehelai rambut saja tak bisa”.
Sang suami menjawab, “Wahai dindaku yang cantik, janganlah bersedih dan mengeluh pada apa yang kita alami saat ini. Kita pasti akan mendapatkan rizki, hanya saja waktunya belum datang. Apa yang dilakukan pak rozi sebanding dengan segala apa yang ia lakukan. Dia bekerja siang dan malam”.
Terdengar suara dan sang istri dan sang suami menoleh sejenak kesampingnya, dilihatnya anak mereka sedang menangis. Dan sang istripun berkata, “lihatlah anak kita menangis. Dia masih kecil dan sangat membutuhkan nutrisi yang banyak untuk pertumbuhannya”.
Namun sang suami malah tersenyum melihat tingkah sang istri. “Dinda lihatlah ke sana…….” Dia mencoba menunjukkan sesuatu pada istrinya.
Aku bosan mendengar mereka, dan aku pun beranjak pergi ke ladang untuk menyiram ladangku yang sudah lama belum aku siram.
Dan aku mulai beranjak dari gubuk ku, aku terdiam sejenak. Dan menoleh kebelakang. Ku pandangi rumahku itu. Terlihat sangat tidak layak untuk di huni. Entahlah, mungkin suatu saat nanti aku bisa memperbaikinya. Dengan kondisi tubuhku yang sudah mulai tak kuat untuk berjalan ini aku berjalan ke ladang bersama tongkat setia ku. Aku membuka lubang saluran air di ladangku, agar air dari sungai masuk ke sawah. Ku telusuri jalanan pematang sawah, ku lihat padiku yang terlihat pucat karena musim kemarau datang. Air yang ada di desaku tidak hanya di minum oleh padi-padiku, masih banyak tanaman padi yang lain. Sesekali ku mengerutkan wajahku dan menggerutu dalam hati melihat ladangku, tapi ini adalah rizki dari tuhan.
Setelah kurang lebih setengah hari aku menjaga sawahku, aku kembali ke rumahku. Tak sabar rasanya aku mencicipi hidangan dari istri ku.
Karena usia tanaman padi ku yang baru Sembilan hari aku tidak terlalu sering ke ladang. Mungkin beberapa bulan ke depan aku akan sering ke ladang.
“Enak sekali masakanmu kali ini”, rayuku pada sistriku.
Sang istri menjawab, “Kau membuat hatiku tersentuh, walau kau hanya makan nasi dengan sayur bayam yang kurebus serta sambal yang hanya terdiri dari campuran garam dan cabai. Kau masih bisa bercanda. Aku sangat senang”.
Sang suami yang baik, walau hidangan ku kali ini hanya nasi, sayur bayam, dan sambal. Tapi rasanya sangat lezat, tidak ada yang dapat mengalahkan masakan istriku. Apalagi keluarga sebelah yang hanya bisa masak empat bulan sekali.
Sembari menikmati makan siangku, masih saja terdengar percakapan keluarga tersebut.
“Ya, kita patut bersyukur. Sekarang kita bisa minum air dan kita bisa kembali segar”, ucap sang suami.
“Ayah, aku ingin menari”, ucap sang anak.
“Menarilah anakku!”
Di tengah semilir angin yang menyejukkan jiwa itu aku melihat lambaian daun-daun yang menari-nari. Membuat hatiku bergetar. Warnanya yang pucat dan tubuhnya yang kurus, sungguh lincah.
Aku berkata pada istriku, “Bagaimana ya hasil panen kita tahun ini?”.
“Ya, saya kira lumayan kang. Tapi kalau dilihat, lebih sedikit tahun ini dari pada tahun lalu. Tidak apa-apa. Kita masih punya simpanan padi di belakang”. Istriku berusaha menghiburku.
“Kau memang istriku yang hebat”, kataku.
“Bapak….. “, terdengar suara dari luar. Rupanya anakku satu-satunya telah datang. Aku juga punya anak, dia sekarang kelas lima SD. Anakku sangat cantik dan aku berdo’a semoga suatu saat nanti dia mendapat suami orang kaya di kota sana. Dia tidak pernahh meminta apa-apa dariku. Tak seperti anak orang kaya yang selalu meminta barang-barang aneh yang membuat sakuku kering.
“Bapak, kapan kita main ke kota?”, anakku bertanya. Tak biasanya dia bertanya demikian.
“Setelah panen nanti kita ke kota”, jawab istriku dengan santainya. Padahal apa yang terjadi dengan panenku tahun ini akupun tak tahu.
“Hore… aku bisa beli mobil-mobilan donk”, anakku senang sekali mendengarnya. “bapak, aku ingin beli mobil-mobilan seperti anak-anak yang lain. Aku pingin punya, bapak maukan membelikan aku mobil-mobilan”, rengek anakku.
“Ya, nanti bapak buatkan dari bambu, itukan lebih bagus”, jawabku. Mungkin jika aku menjadi anakku aku sudah sangat-sangat sedih. Aku anak satu-satunya, yang tidak pernah mendapat kebahagiaan apa-apa dari kedua orang tuaku. Kini ketika aku meminta satu permintaan, hanya mobil-mobilan dari plastik. Tapi apa kata orang tuaku “ya, nanti bapak buatkan dari bambu”. Biarlah ankku berkata apa, tapi inilah orang tuamu nak, aku yang tak bisa member apa-apa padamu. 
“Ya, bapak ……”, anakku lari kedalam kamar dan dia menangis tiada henti. Sampai malampun dia tidak mau keluar dari kamar.
Sebenarnya, aku bisa membelikannya sekarang juga. Tapi, kalau uang ini aku gunakan, jika panenku gagal aku tidak punya modal lagi untuk bertanam musim depan.
Istriku menghampiri aku, “Biarlah dia menangis, nanti juga berhenti sendiri, bukankah biasanya seperti itu?”. Istriku berusaha menghiburku.
“Ya”, jawabku singkat.
Begitu waktu terus berlalu, sejak kejadian di hari itu anakku tak terlalu banyak bicara padaku. Aku sedih melihat anakku yang terlihat murung setiap saat. Ingin rasanya aku bisa memberikan apa yang ia inginkan. Tapi apa daya, maksud hati ingin memeluk gunung namun tangan ku saja tak sampai lima meter.
“anakku sudah tumbuh besar”, ucap istri tetanggaku.
“ya, dan sepertinya kamu juga tambah gemuk istriku’, ucap sang suami.
Waktunya untuk memanen padi. Para petani sudah menyiapkan segalanya untuk menyambut hasil panen tahun ini.
“hore… aku pergi ke kota”, tawa anakku akhirnya bisa ku lihat. Setelah selama ini dia pendam rasa marahnya padaku selama berbulan-bulan.
Setelah semusim kami melewati rana hidup ini, aku kini tidak bisa mendengar percakapan keluarga itu. Aku kelihalangan sosok keluarga itu. Aku tak bisa menggerutu dalam hati lagi mendengarkan percakapan mereka. Aku sangat bangga kepada mereka. Berkat mereka aku bisa membahagiaakan keluargaku. Semoga musim depan aku bisa mendengar percakapan itu.


Pengikut